Peneliti dari Universitas Auckland,
Selandia Baru, Quentin Atkinson, melakukan studi dengan menelusuri rekam jejak
bahasa dengan cara memecah 504 bahasa ke dalam komponen terkecilnya yang
disebut sebagai fonem. Fonem berasal dari bahasa Latin, phonema, yang berarti
suara yang diucapkan. Penelitian menunjukkan, semakin beragamnya fonem yang
dimiliki oleh suatu bahasa menunjukan bahasa itu menjadi sumber dari bahasa-bahasa
lain yang lebih sedikit memiliki fonem.
Penelitiannya sampai pada kesimpulan
bahwa semakin jauh sekelompok manusia berkelana dari Afrika dalam rekam jejak
sejarahnya, semakin sedikit fonem yang digunakan dalam bahasa mereka. Ini
mengartikan bahwa sebagaimana diprediksikan dalam studi tersebut, bahasa-bahasa
di Amerika Selatan dan Kepulauan Pasifik memiliki fonem paling sedikit,
sedangkan bahasa-bahasa di Afrika memiliki fonem terbanyak.
Ternyata, pola ini juga memiliki
kesamaan dengan studi terhadap genetik manusia. Sebagaimana dipaparkan sebagai
peraturan umum, semakin jauh seseorang keluar dari Afrika, yang dianggap secara
luas sebagai asal muasal nenek moyang manusia, semakin kecil perbedaan antara
individu dalam populasi kelompok individu tersebut bila dibandingkan dengan
keragaman di daerah asalnya, Afrika.
Studi Atkinson ini menggunakan metode
statistik mutakhir yang sama untuk mengonstruksikan pohon genetik berdasarkan
urutan DNA. Mengenai penggunaan metode statistik ini dalam mencari sumber bahasa
manusia, seorang ahli bahasa, Brian D Joseph dari Universitas Ohio, mengatakan,
sebagai sumber wawasan baru dalam studi di bidangnya.
“Saya rasa kita sudah seharusnya
memerhatikan hal ini dengan seirus meskipun masih ada orang yang akan
menolaknya,” ujar Joseph.
Sebagai informasi tambahan, studi yang
dilakukan Atkinson ini unik karena berusaha menemukan akar bahasa dari waktu
yang sangat lampau. Tentang umur bahasa pun masih menjadi soal perdebatan
karena di lain sisi ditemukan fakta sementara bahwa umur bahasa telah mencapai
50.000 tahun.Namun, di lain sisi beberapa ahli bahasa lain juga masih skeptis
dengan fakta sementara itu. Mereka menemukan faktor lain yaitu “perkembangan
dari kata-kata yang sangat cepat” sehingga kemungkinan umur bahasa sendiri
tidak lebih dari 10.000 tahun lamanya
0 komentar:
Posting Komentar